Senin, 16 April 2012

PERANAN OKSIGEN DALAM PROSES PEMBAKARAN


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Hutan adalah kunci utama dalam setiap masalah alam yang dikeluhkan saat ini, karena hutan adalah titik keseimbangan bumi. Banyak sekali hutan-hutan rusak akibat kesengajaan yang diperbuat oleh manusia ataupun karena gejala alam, sehingga fungsi hutan hilang dan terjadilah longsor, banjir dimana-mana, panas yang menyengat, polusi udara dan bencana alam lainnya. Salah satu penyebab keruakan tersebut adalah pembakaran hutan. Fungsi hutan sebagai penghasil oksigen berubah menjadi penghasil karbondioksida terbesar dan sebagai pembawa penyakit pernapasan yang meresahkan masyarakat sekitar  serta hilangnya fungsi hutan sebagai penjaga habitat-habitat yang hidup di hutan.
Tiga komponen diperlukan bagi api agar dapat menyala dan mengalami proses pembakaran. Pertama, harus tersedia bahan bakar yang dapat terbakar. Selain itu, panas yang cukup, yang dapat digunakan untuk menaikkan temperatur bahan bakar hingga ke titik penyalaan. Dan akhirnya, harus terdapat pula cukup udara untuk menyuplai oksigen yang diperlukan. Oksigen diperlukan untuk menjaga proses pembakaran agar tetap berjalan dan untuk mempertahankan suplai panas yang cukup sehingga memungkinkan terjadinya penyalaan bahan bakar yang sulit terbakar.
Ketiga unsur itu, yaitu bahan bakar, panas, dan oksigen, yang memungkinkan timbulnya api disebut dengan segitiga api (fire triangle). Api tersebut hanya dapat terjadi bila ketiga komponen berada pada saat yang bersamaan, jika tidak tak akan ada api sama sekali. Untuk itu, prinsip dasar dalam usaha pencegahan atau pengendalian terjadinya kebakaran hutan dilakukan dengan cara memutuskan salah satu dari ketiga komponen tersebut. Hal yang umum dilakukan adalah dengan cara mengurangi peran komponen bahan bakar dan panas yang dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik.
Berdasarkan penjelasan tersebut, oksigen, yang termasuk dalam segitiga api, sangat besar pengaruhnya dalam kebakaran hutan. Oleh karena itu perlu dikaji lebih lanjut mengenai seberapa besar pengaruh atau peranan oksigen dalam kebakaran yang terjadi di suatu hutan. Hal tersebut dilakukan agar pengaruhnya dapat diantisipasi saat kebakaran terjadi. Sehingga pelaksanaan perlindungan hutan dapat berjalan dengan baik.



I.2 Tujuan
          Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari peranan oksigen, yang  merupakan salah satu komponen segitiga api, dalam proses pembakaran, khususnya dalam kebakaran hutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pembakaran adalah suatu runutan reaksi kimia antara suatu bahan bakar dan suatu oksidan, disertai dengan produksi panas yang kadang disertai cahaya dalam bentuk pendar atau api (Young and Giese, 1991 dalam Sanoesi, 2009)
Angin merupakan faktor pemacu dalam tingkah laku api. Angin mempercepat pengeringan bahan bakar, memperbesar ketersedian oksigen sehingga api berkobar dan merambat dengan cepat. Disamping itu angin dapat menerbangkan bara api yang dapat menimbulkan api loncat, dan terjadinya kebakaran baru. (Ahmad, 2008)
Bahan Bakar (Pohon, rumput, dan semak dll) dapat terbakar bila tersedia udara dan panas yang cukup. Tiga unsur tersebut biasa disebut “segitiga api”. Bila tiga unsur segi tiga api tersebut tidak tersedia secara lengkap, api tidak dapat membakar. Harus ada panas yang cukup untuk menyulut bahan bakar misalnya: panas dari korek api, batubara, api bekas memasak, dari kendaraan,dari chainsaw, dari puntung rokok dll. Dan harus ada udara (oksigen) untuk dapat terbakar, tanpa ada udara sedikitpun api tidak akan hidup (Young and Giese, 1991 dalam Sanoesi, 2009)
Segitiga api sangat penting karena dapat memberi tahu kita bagaimana kita dapat memadamkan api Kita dapat mengurangi atau menghilangkan salah satu dari unsur tersebut misal mengurangi bahan bakar, panas atau udara, agar kebakaran tidak membesar dan api bisa dipadamkan. Kita memotong bahan ketika api menyala dengan mermbuat sekat bakar, tempat dimana api menjalar keluar untuk membakar. Kita dapat meredam panas dengan menyemprotkan air ke atas api, kita dapat memutuskan oksigen atau udara dengan melemparkan lumpur atau tanah di atas api (Young and Giese, 1991 dalam Sanoesi, 2009)
Kebakaran dalam hutan dapat terjadi bila sedikitnya tersedia tiga komponen yaitu bahan bakar, oksigen atau udara, dan penyalaan api. Seluruh komponen ersebut sebagi bahan bakar, baik sendiri maupun secara komulaif, ditentukan oleh jumlah, kondisi terutama kadar airnya dan penyebaran dalam hutan. (Intsia, 2009)

BAB III
BAHAN DAN METODE
         
3.1 Alat dan bahan :
1.      Lilin
2.      Gelas ukur ( 200 ml, 300 ml, 500 ml, 1000 ml )
3.      Korek api
4.      Penggaris
5.      Alat pengukur waktu

3.2 Cara Kerja:
1.      Mengukur sumbu lilin 0.5 – 1 cm sama panjang.
2.      Menyalakan lilin dengan menggunakan korek api (diamkan ± 0.5 menit sampai nyala api terlihat stabil).
3.      Menutup lilin dengan gelas ukur dalam berbagai ukuran yang telah disediakan, secara bergantian.
4.      Menghitung lamanya waktu penyalaan lilin dari lilin ditutup sampai nyala apinya padam.
5.      Melakukan percobaan sebanyak tiga kali pengulangan untuk masing-masing ukuran gelas.


BAB 1V
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1 Hasil pengamatan lama nyala api terhadap volume oksigen dalam gelas    ukur
Ukuran gelas
(ml)
Lama Penyinaran (detik)
Ulangan ke-1
Ulangan ke-2
Ulangan ke-3
Rata-rata
200
5.8
6.3
5.1
5.73
300
9.3
7.5
10.3
9.03
500
11.9
13
13.9
13.2
1000
20.9
22.3
17.3
20.17


Gambar 1 Grafik hubungan lama nyala api dan volume oksigen


4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian tentang peranan oksigen dalam proses kebakaran, khususnya kebakaran hutan. Prinsip yang digunakan dalam proses ini adalah prinsip segitiga api, dimana komponen-komponennya yaitu : sumber panas, bahan bakar, dan oxygen. Dalam praktikum ini yang menjadi sumber panas adalah korek api, dimana korek api ini memicu timbulnya api. Lilin diasumsikan sebagai bahan bakar sedangkan oksigen yang dimaksud adalah udara dalam gelar ukur.
Pada saat akan menyalakan api pada lilin, harus diperhatikan bahwa sumbu lilin yang akan digunakan harus sama panjangnya pada setiap ulangan percobaan yang akan dilakukan, yaitu sekitar 0.5-1 cm. Hal ini dilakukan agar setiap ulangan percobaan mendapatkan perlakuan yang sama serta kuantitas bahan bakar yang sama. Setelah api menyala, diamkan terlebih dahulu selama ±0.5 menit. Hal ini dilakukan agar nyala api dari lilin yang diperoleh bersifat stabil. Perlakuan ini juga dilakukan pada setiap ulangan percobaan. Barulah setelah itu lilin yang nyalanya sudah stabil kemudian ditutup dengan gelas ukur berukuran 200 ml, 300 ml, 500 ml, dan 1000 ml secara bergantian dan pada masing-masing gelas ukur dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali. Ternyata setelah beberapa menit, nyala api yang ditutup gelas-gelas tersebut padam. Padamnya nyala api disebabkan oleh habisnya kandungan oksigen yang berada pada udara dalam gelas ukur (volume udara dalam gelas ukur sama dengan volume gelas ukur).
Berdasarkan data praktikum, diperoleh bahwa rata-rata waktu penyalaan api yang paling lama yaitu selama 20.17 detik dengan gelas ukur yang digunakan  berukuran 1000 ml ( gelas ukur yang ukurannya terbesar). Sedangkan rata-rata waktu penyalaan api yang paling singkat adalah selama 5.73 detik dengan ukuran gelas ukur terkecil yaitu 200 ml. Data tersebut sesuai dengan garfik yang diperoleh yaitu bersifat linier, dimana semakin besar ukuran gelas ukur ( ukuran tempat untuk menampung udara dan oksigen) maka waktu penyalaan akan semakin lama. Hal ini dikarenakan kandungan oksigen yang dibutuhkan dalam penyalaan api tersedia jauh lebih banyak pada gelas yang ukurannya lebih besar daripada gelas yang ukurannya lebih kecil.
Hal ini menunjukan bahwa oksigen mempunyai peranan penting dalam penyalaan api atau kebakaran. Meskipun komponen-komponen segitiga api lain seperti bahan bakar dan sumber panas tersedia dalam jumlah banyak, namun jika tidak ada oksigen atau ukuran oksigen tersebut tidak cukup untuk digunakan dalam proses pembakaran, maka proses pembakaran tidak dapat terjadi.
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum, dapat disimpulkan bahwa okigen mempunyai peran yang sangat penting dalam proses pembakaran. Keberadaan oksigen menjadi penentu apakah proses kebakaran dapat terjadi atau tidak.  Hal tersebut sesuai dengan prinsip kerja segitiga api dalam pembakaran, dimana jika salah satu komponen segitiga api tidak ada maka kebakaran tidak dapat terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

Bijuga Intsia. 2009. Pengaruh gesekan kayu atau bamboo terhadap kebakaran hutan.http://PENGARUH%20GESEKAN%20KAYU_BAMBU%20TERHADAP%20KEBAKARAN%20HUTAN.mht [9 April 2009]    
Sanoesi. 2009. Oksigen dan Nyala Api. http://sanoesi.wordpress.com/2009/09/20/oksigen-dan-nyala-api/  [9 April 2009]
Sanusi Ahmad. 2008. Oksigen dan Nyala Api. http://oksigen%20dan%20Nyala%20api%20«%20Ahmad%20Sanusi%20Nasution%20Blog.mht.  [9 april 2009]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar